Pada tahun 1946, tak lama setelah berakhirnya Perang Dunia
II, Alec Ramsey dan ayahnya melakukan perjalanan kapal laut di lepas pantai
utara Afrika. Dalam perjalanannya kembali ke Inggris, di dek kapal, Alec
melihat seekor kuda Arab berwarna hitam yang gagah, sedang ditarik dengan kasar
oleh empat orang pria brutal. Diam-diam Alec mendatangi kuda yang membawa gula
batu di punggungnya itu.
Malam itu, kapal
mereka dihantam badai. Kapal yang mereka tumpangi disambar petir. Alec berusaha
untuk membebaskan kuda hitam itu tetapi malah terlempar dari kapal.
Kapal tenggelam. Hanya Alec dan kuda itu yang selamat.
Terdampar di sebuah pulau terpencil, Alec dan kuda hitam tersebut membentuk
ikatan persahabatan yang kuat. Sampai pertolongan datang menyelamatkan, mereka
kembali ke Amerika Serikat di mana Alec bertemu dengan seorang pelatih kuda
bernama Henry Dailey.
Henry mengajarkan Alec bagaimana menunggangi kuda. Alec
menamai kudanya The Black Stallion. Namun, tanpa dokumentasi silsilah yang
jelas mengenai asal-usul The Black Stallion, Alec tidak bisa mendaftarkan
kudanya ke kejuaraan ternama.
Akhirnya The Black Stallion disertakan ke
kejuaraan yang diikuti oleh kuda-kuda yang tidak memiliki silsilah jelas.
Pertandingannya diawali dengan melawan dua kuda pacuan tercepat dalam kejuaraan
tersebut, Cyclone dan Sun Raider. Sejak itulah legenda The Black Stallion dimulai.
Kemudian dari tahun ke tahun, istilah The Black
Stallion atau kuda hitam digunakan orang-orang untuk menyebut
mereka yang tidak diunggulkan tetapi justru menjadi juara, mereka yang tidak
memiliki catatan sebagai juara tetapi justru membuktikan kepada dunia bahwa
merekalah sang juara.
”Tanpa silsilah kenamaan, kita akan menaklukkan dunia dan
membuat sejarah yang hanya milik kita, Black. Kamu hanya perlu berlari dan
jangan pernah berhenti berlari.”
Contoh nyata istilah kuda hitam tahun ini ada di La Liga
Spanyol, dengan Atletico Madrid yang tidak diperhitungkan sebelumnya mampu
menjadi juara di Spanyol.
No comments:
Post a Comment